Geguritan Bahasa Jawa: Kesenian Sastra yang Menarik

Geguritan bahasa Jawa merupakan salah satu kesenian sastra tradisional yang masih bertahan hingga saat ini. Kesenian ini awalnya berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, namun kini telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Asal Usul Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan berasal dari kata “gurit” yang berarti “pusar”. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, geguritan selalu dibacakan di sekitar pusar bayi yang baru lahir. Geguritan juga dipercaya sebagai bentuk doa dan upacara selamat datang bagi bayi yang baru saja lahir.

Namun seiring berjalannya waktu, geguritan tidak hanya dipakai dalam upacara kelahiran saja, melainkan juga dalam berbagai upacara adat Jawa lainnya, seperti upacara pernikahan, khitanan, hingga upacara kematian.

Ciri Khas Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan bahasa Jawa memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan sastra tradisional lainnya. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan bahasa Jawa yang khas, dengan ragam bahasa dan kosakata yang berbeda dari bahasa Jawa sehari-hari.

Selain itu, geguritan juga menggunakan pola pantun atau gending sebagai bentuk olah nada dan ritme dalam penyampaian syairnya. Hal ini membuat geguritan menjadi lebih menarik dan memikat bagi para pendengarnya.

Jenis-Jenis Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan bahasa Jawa terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah:

  1. Geguritan Kidung
  2. Geguritan Tembang
  3. Geguritan Pocung
  4. Geguritan Masal

Setiap jenis geguritan memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi bahasa, tema, maupun unsur musiknya.

Manfaat Geguritan Bahasa Jawa

Geguritan bahasa Jawa tidak hanya memiliki nilai sejarah dan seni yang tinggi, namun juga memiliki manfaat lain bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebagai sarana untuk menjaga dan melestarikan budaya Jawa.

Dengan terus dipertahankan dan dikembangkan, geguritan dapat menjadi bagian dari identitas budaya Jawa yang kaya dan unik. Selain itu, geguritan juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan agama kepada masyarakat, terutama generasi muda.

Contoh Geguritan Bahasa Jawa

Berikut ini adalah contoh geguritan bahasa Jawa yang terkenal:

Ojo Dumeh

Dumeh mung sejatine wadon
Kudu tahu diri lan agomo
Ojo dumeh, ojo dumeh
Nanging kudu ngguyu aja
Tak usir saka kene
Aku yo wadon, wong pangapuro
Ojo dumeh, ojo dumeh
Nanging kudu ngguyu aja
Tak usir saka kene

Artinya:

Jangan sombong, sombong itu sebenarnya wanita
Harus tahu diri dan agamanya
Jangan sombong, jangan sombong
Namun harus tetap tersenyum
Aku juga wanita, orang desa
Jangan sombong, jangan sombong
Namun harus tetap tersenyum

Kesimpulan

Geguritan bahasa Jawa merupakan bagian dari kekayaan seni dan budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan. Dengan mengenal geguritan, kita dapat lebih memahami keunikan dan kekayaan budaya Jawa, serta menjaga kelestariannya untuk generasi yang akan datang.