Cara Menghitung Persediaan Akhir Perusahaan Manufaktur
Cara Menghitung Persediaan Akhir Perusahaan Manufaktur

Cara Menghitung Persediaan Akhir Perusahaan Manufaktur

Salam Sobat TeknoBgt! Pada artikel kali ini, kami akan membahas tentang cara menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur. Persediaan akhir merupakan aset yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang terdiri dari bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghitung nilai persediaan akhir secara akurat untuk menentukan keuntungan perusahaan. Berikut adalah cara menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur yang dapat Sobat TeknoBgt pelajari.

Pengertian Persediaan Akhir

Persediaan akhir merupakan jumlah aset yang tersisa pada akhir periode akuntansi perusahaan manufaktur. Aspek persediaan akhir mencakup bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Nilai persediaan akhir harus dihitung dengan akurat agar perusahaan dapat mengetahui nilai persediaan yang dimilikinya. Hal ini diperlukan untuk melakukan peramalan penjualan dan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang digunakan untuk membuat produk jadi. Proses penghitungan persediaan bahan baku dilakukan dengan cara:

  1. Hitung total pembelian bahan baku pada periode yang bersangkutan.
  2. Kurangi bahan baku yang telah digunakan dalam proses produksi pada periode tertentu.
  3. Tambahkan kembali bahan baku yang tidak digunakan dalam proses produksi pada periode tertentu.

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai persediaan akhir bahan baku dapat diketahui.

Barang dalam Proses

Barang dalam proses merupakan barang yang sedang dalam proses produksi tetapi belum selesai. Penghitungan persediaan akhir barang dalam proses dilakukan dengan cara:

  1. Hitung total biaya produksi barang dalam proses pada periode yang bersangkutan.
  2. Kurangi biaya produksi untuk barang yang telah selesai pada periode tertentu.
  3. Tambahkan kembali biaya produksi untuk barang yang belum selesai pada periode tertentu.

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai persediaan akhir barang dalam proses dapat diketahui.

Barang Jadi

Barang jadi merupakan produk yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual. Penghitungan persediaan akhir barang jadi dilakukan dengan cara:

  1. Hitung total biaya produksi barang jadi pada periode yang bersangkutan.
  2. Kurangi biaya produksi untuk barang yang telah terjual pada periode tertentu.
  3. Tambahkan kembali biaya produksi untuk barang yang belum terjual pada periode tertentu.

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai persediaan akhir barang jadi dapat diketahui.

Metode Penghitungan Persediaan Akhir

Perusahaan manufaktur dapat menggunakan metode FIFO (first in, first out) atau LIFO (last in, first out) untuk menghitung persediaan akhir. Metode FIFO menghitung persediaan akhir berdasarkan asumsi bahwa barang yang dibeli lebih awal akan digunakan lebih awal juga. Sedangkan metode LIFO menghitung persediaan akhir berdasarkan asumsi bahwa barang yang dibeli lebih baru akan digunakan lebih awal daripada barang yang dibeli lebih awal.

Metode FIFO

Metode FIFO menghitung persediaan akhir berdasarkan harga bahan baku atau barang jadi yang pertama kali masuk. Selain itu, biaya yang terkait dengan persediaan akhir juga akan lebih akurat.

Contoh:

TanggalKeteranganHarga SatuanKuantitasTotal
1 JanuariPembelian bahan bakuRp. 1.000,-100Rp. 100.000,-
15 JanuariPembelian bahan bakuRp. 1.200,-50Rp. 60.000,-
20 JanuariProduksi75
31 JanuariPenjualan

Dalam contoh di atas, perusahaan menghitung persediaan akhir dengan menggunakan metode FIFO. Berdasarkan tanggal pembelian, bahan baku yang pertama kali masuk adalah 100 unit bahan baku dengan harga Rp. 1.000,- per unit sehingga total persediaan akhir bahan baku adalah Rp. 75.000,- (100 x Rp. 1.000,-).

Metode LIFO

Metode LIFO menghitung persediaan akhir berdasarkan harga bahan baku atau barang jadi yang terakhir masuk. Metode ini dapat menghasilkan biaya persediaan akhir yang lebih rendah, sehingga dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan.

Contoh:

TanggalKeteranganHarga SatuanKuantitasTotal
1 JanuariPembelian bahan bakuRp. 1.000,-100Rp. 100.000,-
15 JanuariPembelian bahan bakuRp. 1.200,-50Rp. 60.000,-
20 JanuariProduksi75
31 JanuariPenjualan

Dalam contoh di atas, perusahaan menggunakan metode LIFO untuk menghitung persediaan akhir. Bahan baku yang terakhir masuk adalah 50 unit dengan harga Rp. 1.200,- per unit sehingga total persediaan akhir bahan baku adalah Rp. 90.000,- (50 x Rp. 1.800,-).

FAQ

Apa itu persediaan akhir?

Persediaan akhir merupakan jumlah aset yang tersisa pada akhir periode akuntansi perusahaan manufaktur.

Apa saja jenis persediaan akhir pada perusahaan manufaktur?

Jenis persediaan akhir pada perusahaan manufaktur meliputi bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

Bagaimana cara menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur?

Cara menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur adalah dengan menghitung nilai persediaan akhir bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

Apa itu metode FIFO?

Metode FIFO adalah metode penghitungan persediaan akhir berdasarkan harga bahan baku atau barang jadi yang pertama kali masuk.

Apa itu metode LIFO?

Metode LIFO adalah metode penghitungan persediaan akhir berdasarkan harga bahan baku atau barang jadi yang terakhir masuk.

Kesimpulan

Demikianlah cara menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur. Setiap perusahaan manufaktur harus menghitung nilai persediaan akhir secara akurat agar dapat mengetahui keuntungan yang akan diperoleh. Perusahaan dapat menggunakan metode FIFO atau LIFO untuk menghitung persediaan akhir. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat TeknoBgt dalam menghitung persediaan akhir perusahaan manufaktur.

Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!

Cara Menghitung Persediaan Akhir Perusahaan Manufaktur