Cara Menghitung Ending Inventory

Halo Sobat TeknoBgt, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang cara menghitung ending inventory. Ending inventory atau persediaan akhir merupakan jumlah barang atau produk yang tersisa di gudang atau toko pada akhir periode. Perhitungan ending inventory yang tepat dan akurat sangat penting untuk keberlangsungan bisnis. Oleh karena itu, marilah kita simak cara menghitungnya dengan seksama.

1. Tentukan Metode Valuasi Persediaan

Sebelum mulai menghitung ending inventory, Sobat TeknoBgt harus menentukan metode valuasi persediaan yang digunakan. Terdapat beberapa metode valuasi persediaan, di antaranya:

MetodePenjelasan
First In First Out (FIFO)Barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar. Metode ini cocok untuk bisnis yang memiliki produk yang kadaluarsa atau mengalami perubahan harga yang tinggi.
Last In First Out (LIFO)Barang yang terakhir masuk adalah barang yang pertama keluar. Metode ini cocok untuk bisnis yang memiliki produk yang sedang dalam trend penurunan harga.
Weighted Average (rata-rata tertimbang)Perhitungan rata-rata harga barang yang ada di persediaan. Metode ini cocok untuk bisnis yang memiliki produk dengan variasi harga yang kecil.

Sobat TeknoBgt harus memilih metode valuasi persediaan yang sesuai dengan kebutuhan bisnisnya. Setelah itu, Sobat TeknoBgt dapat melanjutkan ke langkah berikutnya.

2. Hitung Biaya Barang yang Dibeli

Sobat TeknoBgt harus menghitung biaya barang yang dibeli dalam periode tersebut. Biaya barang yang dibeli harus mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut, seperti harga pembelian, pajak, biaya pengiriman, dan biaya lainnya.

Sebagai contoh, jika dalam periode tersebut Sobat TeknoBgt membeli barang senilai Rp 5.000.000 dan dikenakan pajak sebesar Rp 500.000 serta biaya pengiriman sebesar Rp 250.000, maka biaya barang yang dibeli adalah:

Biaya Barang yang Dibeli = Harga Pembelian + Pajak + Biaya Pengiriman

Biaya Barang yang Dibeli = Rp 5.000.000 + Rp 500.000 + Rp 250.000

Biaya Barang yang Dibeli = Rp 5.750.000

3. Hitung Biaya Barang yang Terjual

Selanjutnya, Sobat TeknoBgt harus menghitung biaya barang yang terjual dalam periode tersebut. Biaya barang yang terjual harus mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead.

Sebagai contoh, jika dalam periode tersebut Sobat TeknoBgt telah menjual barang senilai Rp 3.000.000, maka biaya barang yang terjual adalah:

Biaya Barang yang Terjual = Biaya yang Dikeluarkan untuk Menghasilkan Barang yang Terjual

4. Tentukan Jumlah Persediaan Akhir

Dengan mengetahui biaya barang yang dibeli dan biaya barang yang terjual, Sobat TeknoBgt dapat menghitung jumlah persediaan akhir dengan mudah. Persediaan akhir adalah jumlah barang yang tersisa di gudang atau toko pada akhir periode.

Jumlah Persediaan Akhir = Biaya Barang yang Dibeli – Biaya Barang yang Terjual

Sebagai contoh, jika biaya barang yang dibeli adalah Rp 5.750.000 dan biaya barang yang terjual adalah Rp 3.000.000, maka jumlah persediaan akhir adalah:

Jumlah Persediaan Akhir = Rp 5.750.000 – Rp 3.000.000

Jumlah Persediaan Akhir = Rp 2.750.000

5. Hitung Harga Pokok Penjualan (HPP)

Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang yang dijual. HPP sangat penting untuk mengetahui laba atau rugi yang diperoleh bisnis.

HPP = Biaya Barang yang Dibeli – Jumlah Persediaan Akhir

Sebagai contoh, jika biaya barang yang dibeli adalah Rp 5.750.000 dan jumlah persediaan akhir adalah Rp 2.750.000, maka HPP adalah:

HPP = Rp 5.750.000 – Rp 2.750.000

HPP = Rp 3.000.000

6. Hitung Laba Kotor

Laba kotor adalah selisih antara penjualan dan HPP. Laba kotor menunjukkan keuntungan sebelum dikurangi biaya operasional dan pajak.

Laba Kotor = Penjualan – HPP

Sebagai contoh, jika Sobat TeknoBgt telah menjual barang senilai Rp 3.000.000 dan HPP adalah Rp 3.000.000, maka laba kotor adalah:

Laba Kotor = Rp 3.000.000 – Rp 3.000.000

Laba Kotor = Rp 0

FAQ

Apa yang dimaksud dengan ending inventory?

Ending inventory atau persediaan akhir adalah jumlah barang atau produk yang tersisa di gudang atau toko pada akhir periode.

Kenapa perhitungan ending inventory penting?

Perhitungan ending inventory yang tepat dan akurat sangat penting untuk keberlangsungan bisnis. Dengan mengetahui jumlah persediaan akhir dan HPP, bisnis dapat mengetahui laba atau rugi yang diperolehnya.

Apa saja metode valuasi persediaan?

Terdapat beberapa metode valuasi persediaan, di antaranya adalah FIFO, LIFO, dan Weighted Average.

Bagaimana cara menghitung HPP?

HPP dapat dihitung dengan cara mengurangi jumlah persediaan akhir dari biaya barang yang dibeli.

Apa itu laba kotor?

Laba kotor adalah selisih antara penjualan dan HPP. Laba kotor menunjukkan keuntungan sebelum dikurangi biaya operasional dan pajak.

Penutup

Itulah cara menghitung ending inventory yang mudah dan sederhana. Dengan memahami perhitungan ending inventory, Sobat TeknoBgt dapat mengelola persediaan dengan lebih baik dan mengoptimalkan keuntungan bisnis. Jangan lupa untuk menentukan metode valuasi persediaan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.

Semoga Bermanfaat dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya!

Cara Menghitung Ending Inventory