1 Windu Berapa Tahun?

Siapa yang tidak pernah mendengar kata “windu” dalam percakapan sehari-hari? Kata ini sering digunakan oleh orang Indonesia untuk mengukur waktu, tetapi mungkin tidak semua orang tahu betul berapa tahun satu windu itu.

Apa itu Windu?

Windu adalah satuan waktu dalam penanggalan Jawa. Setiap windu terdiri dari delapan tahun, sehingga satu windu sama dengan delapan tahun.

Namun, perlu diingat bahwa penanggalan Jawa tidak sama dengan penanggalan Gregorian yang umum digunakan di Indonesia. Karena itu, konversi dari windu ke tahun dalam penanggalan Gregorian tidak selalu mudah.

Konversi Windu ke Tahun

Untuk mengkonversi windu ke tahun dalam penanggalan Gregorian, kita perlu mengetahui tahun awal penanggalan Jawa dan penanggalan Gregorian yang bersesuaian.

Tahun awal penanggalan Jawa adalah tahun Saka, yang dimulai pada 78 Masehi. Tahun ini berbeda dengan tahun Masehi yang dimulai pada 1 Januari.

Untuk mengkonversi windu ke tahun Masehi, kita perlu menambahkan 8 tahun untuk setiap windu dan kemudian menambahkannya pada tahun Saka. Sebagai contoh, jika kita ingin mengetahui berapa tahun Masehi pada windu ke-4, kita perlu menambahkan 4 x 8 = 32 pada tahun Saka.

Jadi, windu ke-4 dalam penanggalan Jawa bersesuaian dengan tahun Masehi 110 pada kalender Gregorian.

Penggunaan Windu di Indonesia

Meskipun penanggalan Jawa tidak lagi digunakan secara luas di Indonesia, kata “windu” masih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya, kata ini digunakan untuk mengukur waktu yang panjang atau untuk merujuk pada periode tertentu dalam sejarah.

Contohnya, kita sering mendengar kata “windu reformasi” untuk merujuk pada periode setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998.

Selain itu, kata “windu” juga sering digunakan dalam konteks budaya Jawa. Beberapa acara budaya seperti wayang kulit dan tarian Jawa menggunakan konsep windu dalam penampilannya.

Kesimpulan

Jadi, 1 windu berapa tahun? Satu windu sama dengan delapan tahun dalam penanggalan Jawa. Namun, untuk mengkonversinya ke tahun Masehi dalam penanggalan Gregorian, kita perlu menambahkan 8 tahun untuk setiap windu dan kemudian menambahkannya pada tahun Saka. Meskipun penanggalan Jawa tidak lagi digunakan secara luas di Indonesia, kata “windu” masih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan dalam konteks budaya Jawa.